top of page
Writer's picturematliahannnasnizam

Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Konsep dan Aplikasi



DAS Ciujung merupakan sungai induk yang ada di Provinsi Banten tepatnya di Kabupaten Lebak. Sebagai bagian dari Sumber Daya Alam yang sangat dibutuhkan, maka sungai ini telah dimanfaatkan/digunakan untuk berbagai kegiatan dan tujuan, diantaranya yaitu untuk sarana penyediaan air irigasi teknis atau pengairan area persawahan yang dikelola oleh masyarakat Kabupaten Lebak. Penelitian ini dilakukan, Mengkaji besarnya dampak yang ditimbulkan oleh banjir terhadap pengaruh erosi lahan dibantaran Sungai Ciujung dan mengevaluasi upaya pengelolaan tataguna lahan terhadap banjir di Sungai Ciujung serta Sebagai alternatif kebijakan dalam rangka mitigasi, pertimbangan dalam implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Metode yang digunakan dalam kajian ini melakukan analisis hidrologi, perhitungan USLE serta perhitungan Sediment Delevery Ratio (SDR). Besarnya erosi yang terjadi di Sungai Ciujung adalah 45,924 ton/ha/tahun atau 663.142,56 t/thn sehingga besarnya sedimentasi di Sungai Ciujung 84.219 t/thn sedangkan nilai toleransi sedimen adalah perkalian antara nilai toleransi erosi dengan SDR. Untuk Sungai Ciujung nilai toleransi erosi adalah 194.940 t/thn dan angka SDR adalah 0,127 sehingga nilai toleransi sedimen adalah tata guna lahan, 0,127 = 24.757/thn.




hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai pdf 19




Pengembangan daerah rawa pasang surut untuk lahan pertanian telah dimulai sejak 85 tahun yang lalu oleh suku banjar dan bugis pada berbagai wilayah di Indonesia. di Sumatera Selatan pada tahun 1969 Pemerintah melakukan pembukaan rawa pasang surut untuk menunjang swasembada pangan dengan diiringi oleh Program Transmigrasi Penduduk dari Pulau Jawa/Bali. Pembukanan tersebut dilakukan pada daerah pesisir pantai Sumatera umumnya di Kabupaten Banyuasin. Sampai akhir tahun 1986 telah dibuka 19 unit daerah pasang surut dengan luas sekitar 2500 km2 , saat ini sebagian besar daerah persawahan pasang surut tersebut tidak produktif karena berbagaii kendala antara lain sistem irigasi,sedimentasi, keasaman tanah, fasilitas pendukung, dan akses masuk. Karena itu sebagian petani meninggalkan lahan pertanian dan berobah profesi menjadi buruh dikota atau pekerja kasar lainnya. Penelitian lapangan dilaksanakan pada awal bulan januari 2004 sampai akhir bulan Desember 2005 di daerah rawan pasang surut di Kabupaten Banyuasin. Meknisme sedimentasi di jaringan irigasi pasang surut diawali oleh transportasi sedimen dari sungai Musi ke sungai Banyuasin melalui Terusan Sebalik/PU kemudian menuju sistem irigasi pasang surut dan kemudian pengendap sebelum air surut. Hasil survei menunjukan bahwa 750 km2 sawah pasang surut tersebut tersedimen lumpur setebal lebih kurang 30,00 cm. Bila di lakukan pengerukan terhadap sedimen tersebut diperlukan biaya Rp. 4,5 triliun, sangat besar dan tidak layak secara ekonomi. Tulisan ini mencoba memberikan saran mengatasi problema tersebut yaitu menlakukan konversi lahan sawah tersedimen menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Dari analisa benefit-cost (B-C Analyses) yang dilakukan didapatkan bahwa indikator kelayakan yaitu BEP, NPV, B/C Ratio dan IRR menunjukan nilai sangat baik dan berarti konversi lahan dimaksud layak dilakukan.


Rumah dengan kategori non-engineering houses saat terjadinya gempa banyak mengalami kerusakan, hal ini disebabkan dinding rumah dengan bahan batu bata yang tidak memenuhi persyaratan mutu yang ada. Pemerintah telah mengupayakan dengan menetapkan petunjuk teknis untuk rumah aman gempa (key requirement for safer houses), namun demikian batu bata yang telah dan sedang digunakan masyarakat sampai saat ini masih belum dapat dijamin kualitasnya. Solusi untuk meningkatkan mutu yang dihasilkan, salah satunya dengan membuat batu bata yang bermutu dan aman terhadap gempa dengan bahan baku campuran hasil sedimentasi dari erosi daerah penambangan batu gamping (limestone). Pemanfaatan hasil sedimentasi ini sekaligus sebagai upaya mengurangi dampak laju sedimentasi pada sungai Batang Arau kota Padang. Pembuatan batu bata dengan proporsi campuran tanah hasil sedimentasi 50%, 45%, 40%, 35%, 30%, 25%, 20%, 15%, 10%, 5%, selanjutnya pengujian mutu batu bata mengacu SNI 15-2094-2000. Hasil pengujian diperoleh, penyerapan air batu bata campuran bahan sedimentasi l4,16% ( 2ff7e9595c


0 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


!
Widget Didn’t Load
Check your internet and refresh this page.
If that doesn’t work, contact us.
bottom of page